Minggu, 26 April 2015

MAGNET JIHAD SYRIA MEMIKAT FOREIGN FIGHTER BELGIA

Oleh: Pramudya Yhe
ISLAM adalah agama minoritas terbesar di Belgia. Diperkirakan, populasi Muslim mencapai 6 persen dari total penduduk Belgia. Atau, diperkirakan jumlah populasi Muslim berjumlah sekitar 630,000 jiwa dari total penduduk Belgia.
Di tahun 1960-an ketika masyarakat Belgia sedang dalam pemulihan total dari kehancuran Perang Dunia II, negara ini mengundang ribuan imigran Maroko dan Turki untuk bekerja di industri berat pada waktu itu yang mendominasi pertumbuhan ekonomi Belgia. Hampir semua orang yang bukan bagian dari kaum terpelajar sudah bergaji relatif besar di industri baja atau tambang batu bara.
Orang-orang yang menjadi peserta program ini kemudian disebut sebagaiguest-worker. Program ini memberikan kesempatan bagi para imigran non-Belgium untuk dapat dengan bebas masuk ke Belgia tanpa visa seperti saat ini dan bebas untuk hijrah ke negara perantauan karena kondisi politik dan hukum pada waktu itu sedang kacau pasca-Perang Dunia II.
Program itu kemudian dihapuskan pada tahun 1974 tanpa ada alasan yang jelas. Namun banyak guest-worker yang masih tetap tinggal di Belgia dan membawa keluarga mereka menggunakan hukum reunification laws atau penyatuan kembali dari keluarga. Sehingga, hari ini masyarakat Muslim yang terus tumbuh bisa jadi disebabklan karena adanya migrasi pernikahan tersebut dari para mantan guest-worker.
Pada tahun 1974 Islam secara resmi diakui oleh masyarakat Belgia sebagai agama minoritas, atau agama komunitas dengan dibuatnya Komunitas Muslim yang diwakili oleh Muslim Executive Belgium.  Pada situs web merekahttp://www.embnet.be/default.aspx, Komunitas Muslim  Belgia ini menerbitkan informasi tentang Islam, mengenai urusan muamalah sosial, budaya Islam, masjid, serta urusan sosial lainnya.
Meskipun  pada awalnya komunitas Muslim Executive Belgia (MEB) ini dianggap eksklusif oleh kalangan pejabat pemerintahan dan masyarakat secara umum, namun saat ini telah menjadi bagian dari komunitas eksekutif yang mewakili generasi pertama umat Islam di Belgia. Dan tampaknya telah terintegrasi cukup baik ke dalam heterogensi masyarakat di Belgia, tentu saja hal ini membuka peluang sinkronisasi dengan tujuan politik global umat Islam (siyasah syar’iyah) di masa depan.
Keturuan para imigran guest-worker ini menempati kota-kota seperti Antwerpen, Mechelen, Vilvoorde, dan Brussels, meskipun masih sebagai minoritas. Status sosial sebagai pekerja kelas rendah yang disandang leluhur mereka tidak menghalangi mereka untuk membangun karir dan keluarga serta membaur dengan komunitas lainnya. Sehingga, embrio kaum Muslim ini sudah relatif berhasil mengintegrasikan diri mereka ke dalam tatanan umum masyarakat Eropa.
Magnet Jihad Bumi Syam
Allah telah menetapkan keberkahan bagi wilayah Syam. Dalil tentang penyebutan wilayah Syam sebagai bumi yang diberkahi, banyak disebutkan dalam Al-Quran maupun Sunnah. Wilayah ini, sebagaimana pemetaan pada masa lampau, meliputi negara Lebanon, Syria, Yordania dan Palestina.
Satu per satu negara di dunia dengan penduduk Muslim di dalamnya mulai menemukan jati diri yang sesungguhnya sesuai fitrahnya untuk berada di jalan perjuangan Islam. Tak terkecuali Islam di Belgia.
Perlu dicatat bahwa sebelum Belgia dinyatakan sebagai penyumbang Foreign Fighter terbesar dari Eropa di Syria (kemudian di Irak), sebelumnya negara ini memang dikenal sebagai pemasok utama pejuang Jihadis di berbagai front jihad Islam. Namun, baru mengemuka setelah mencuatnya isu the Islamic State of Iraq and Sham (ISIS).
Fakta pada 10 September 2001, serangan bunuh diri di Ahmed Shah Masoud, pemimpin Aliansi Utara di Afghanistan dilakukan oleh seorang Muslim Belgia. Dan bahkan sebelum 9/11 Belgia memainkan peran yang cukup penting dalam jihad internasional. Beberapa mujahidin Belgia terlibat dalam GICM (Groupe Islamiste Combattante Marrocaine) dan GIA Al-Jazair. Syaikh Bassam al-Ayashi, yang merupakan pejuang Belgia tertua di Syria, pernah diduga menjadi perekrut utama al-Qaeda dan sekarang memimpin cabang kecilnya sendiri,Suqur as-Sham, di Syria bagian utara.
Di saat bersamaan, terjadi pula gelombang politik anti-Islam di kebanyakan negara-negara Eropa. Arus politik ini terutama digembar-gemborkan oleh Amerika dan sekutunya melalui berbagai macam media dan sarana strategis lainnya dalam jurnal-jurnal internasional yang disetir untuk melayani kepentingan Barat.
Gelombang politik anti-Islam ini tetap tidak mampu menyurutkan kaum muslimin terhadap pertolongan Allah, bahwa sampai kiamat nanti akan tetap ada yang berjihad dalam rangka iqomatuddin, menegakkan kalimat Allah. Terbukti, di tengah islamofobia yang melanda negeri mereka, pejuang-pejuang Muslim dari Eropa justru membanjiri ladang-ladang jihad fie sabilillah. Di Belgia, kegiatan para pemuda Muslim yang mulai terengkuh oleh hidayah Islam mulai mendapat sorotan. Pasalnya, banyak di antara mereka yang telah bergabung dengan para pejuang Islam di Syam, Irak, Afghanistan serta berafiliasi dengan berbagai faksi mujahidin trans-nasional yang ada.
Magnet Jihad Semakin Kuat
Media Barat banyak yang menyoroti dan bertanya-tanya, “Why so many Jihadists come from Belgium?” Persoalan ini menjadi topik yang ngetren di negara yang terkena dampak islamofobia ini. Data per 2 Agustus 2014 dari database penghitungan pejuang Belgia di Syria mencatat bahwa secara keseluruhan ada 399 Muslim Belgia yang terlibat dalam perang Syria.
Salah satu alasan utama yang melatari para foreign fighters asal Belgia untuk berjihad di Syria adalah terjadinya ketidakstabilan hukum di negara mereka yang cenderung mengakibatkan tindak diskriminasi terhadap umat Islam yang mengamalkan ajarannya. Permasalahan ini melibatkan pandangan masyarakat global yang mengacu pada kebijakan Belgia atas ketidakmampuan pemerintahnya untuk mengintegrasikan masyarakat Muslim dalam masyarakat demokratis. Komunitas Muslim Belgia dianggap sebagai masyarakat yang tidak demokratis.
Masyarakat Eropa menyaksikan betapa kaum Muslim diperlakukan secara tidak adil dan ditindas mulai dari hal-hal yang semestinya menjadi hak-hak asasi mereka. Faktanya, Belgia melarang wanita Muslimah mengenakan cadar atau niqab, jilbab dilarang di sekolah-sekolah, di lokasi-lokasi pelayanan publik, serta tempat-tempat publik lainnya. Selain itu, fitnah-fitnah politik pun turut menimpa para foreign fighters.
Kondisi penuh tekanan di dalam negeri tersebut semakin menguatkan keinginan para foreign fighters Belgia untuk mengekspresikan perjuangan mereka dengan bergabung bersama mujahidin di berbagai medan jihad Islam. Melalui media sosial seperti Facebook, Twitter, dan Instagram peristiwa-peristiwa seputar Jihad yang diusung oleh simpatisan mujahidin Belgia dapat diakses dengan mudahnya, dan ini menjadi bumerang tersendiri bagi pemerintah Belgia atas diskriminasi mereka terhadap kaum muslimin Belgia.
Meskipun slogan-slogan dan penampilan militan yang ditampilkan di media-media tersebut dianggap aneh dan provokatif, namun setidaknya pesan ideologis dan politis dari para aktivis jihadi tersebut sedikit banyak tersampaikan pada media sosial yang ada. Hal ini terlihat dari diskusi dan penampilan mereka (masyarakat Muslim Belgia) ketika mereka sendiri berbicara melalui berbagai saluran media alternatif.
Hal tersebut mereka maksudkan untuk menunjukkan keterasingan sosial mereka di tengah masyarakat Belgia, sekaligus menguji sejauh mana mereka mampu memegang bara api di negeri mereka. Kondisi berat yang mereka hadapi ini menimbulkan beragam ekses. Di tengah tekanan demi tekanan yang mereka rasakan, hidayah Allah tiba. Mereka berpikir bagaimana mereka tidak boleh stagnan dalam kondisi itu. Mereka mulai berpikirkan masa depan umat Islam dengan jihad disertai persiapan-persiapan memadai. Momentum jihad Suriah merupakan angin segar yang mereka tunggu-tunggu.*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar