Minggu, 26 April 2015

PENGUSAHA, MANUSIA MERDEKA

KATA Dahlan Iskan, dari sekian panjang perjalanan hidupnya yang dilalui dengan beragam profesi—karyawan, pengusaha kecil, pengusaha menengah, pengusaha besar, direktur BUMN, menteri BUMN—fase paling membahagiakan baginya adalah ketika dia menjadi pengusaha. “Pengusaha tidak mempunyai atasan. Dia merdeka. Tidak ada yang atur-atur. Semua keputusan ada di tangannya. Mau jungkir balik, semua terserah dia,” kurang lebih, begitu ungkapnya dalam suatu kesempatan.
Dan, menjadi pengusaha itu profesi paling cocok ditekuni oleh umat Islam. Tetapi, bukan satu-satunya memang. Bukan berarti profesi yang lain tidak boleh dilakoni dan menjadi hina. Boleh, silakan. Hanya saja, tipe pengusaha itu tipe yang paling mendekatkan diri kita kepada Allah. Paling tidak itu yang terpikir di benak saya saat ini setelah mendengar sana-sini dan melihat para pengusaha yang pernah saya jumpai di sekitar saya selama ini. Sebab, di situ dia bebas, relatif lebih tidak terikat oleh siapa pun kecuali kepada Allah.
Memang, itu kembalinya kepada si pengusaha itu sendiri. Mau apa tidak dia menjadi pengusaha yang bertakwa. Kalau sekedar mengejar dunia, justru momen kebebasannya itu akan membuat dia semakin sombong. Dan bisa jadi, dia akan merasa menjadi seperti Qarun, atau bahkan Firaun yang sombong kelewatan ketika dia mulai terlihat sukses membangun bisnisnya. Wal ‘iyaadzu billaah.
Islam menuntut seorang hamba menjadi manusia merdeka yang tidak bergantung kepada siapa pun, tidak tertekan oleh siapa pun, tidak takut kepada siapa pun, kecuali kepada Allah semata. Ini salah satu isi ajaran tauhid. Semua datang dari dan kembali kepada Allah. Islam hadir dengan membawa misi membebaskan manusia dari penghambaan kepada sesama manusia menuju penghambaan kepada Rabb-nya manusia.
Nah, irama hidup seorang pengusaha, tampaknya sangat selaras dengan misi Islam. Maka bukan suatu kebetulan jika Rasulullah dahulu juga adalah seorang saudagar. Selain memutar modal Khadijah, beliau juga mulai mengembangkan bisnis beliau sendiri.
Mengasyikkan sekali berbisnis itu. Kehidupan seorang pebisnis sangat dinamis. Setiap saat ada hal-hal baru yang dia temukan. Sebab, semua perubahan harus dia monitoring untuk bisa menyesuaikan jalannya roda usaha dengan realita yang bersinggungan dengannya. Jadi, dia dipaksa untuk pro-aktif berpikir, berpikir dan berpikir melahirkan strategi jitu untuk beradaptasi agar usahanya bisa terus survive dan stabil di tengah dinamika dunia yang begitu cepat. Setelah stabil, dia mulai berpikir bagaimana caranya menjadi trend setter.
Dengan pola perubahan yang selalu tidak menentu, tentu dia tidak mampu jika hanya mengandalkan kemampuan diri sendiri. Pasti dia membutuhkan Allah untuk menolongnya menghadapi setiap situasi yang menyapa. Di sinilah dia akan selalu belajar dan meningkatkan nilai tawakal kepada Sang Pencipta yang berkuasa mengatur semua peredaran hidup makhluk-makhluk-Nya.
Bagi sahabat muda Muslim, mari jangan ragu dan takut memulai usaha. Ceburkan diri ke dunia usaha dengan niat menjemput rezeki barokah dari Allah. Mudah-mudahan, seiring semakin banyak pengusaha muslim, semakin banyak pula orang dengan kualitas tawakal yang tinggi. Dengan begitu, jalan menuju kejayaan Islam pun akan semakin dekat. Jangan kita lupa, dahulu, Indonesia merdeka juga melibatkan peran besar para pengusaha Muslim di bumi Nusantara ini.
Dinamis adalah satu karakter Muslim yang dituntut untuk selalu bergerak dan mengadakan perubahan progresif ke depan dalam setiap nafas hidupnya. Spirit ini tampaknya mulai meluntur di tengah umat Islam. Maka, mari, yang muda-muda, kita mulai hidupkan kembali semangat para saudagar Muslim tempo dulu untuk melahirkan generasi Muslim yang tangguh dan lebih baik ke depan.*(Herliawan Setiabudi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar