Rabu, 11 Desember 2013

Pemuda Islam Itu Mahasiswa yang Murni Tauhidnya Menyeluruh Kepahaman Islamnya

    Kewajiban belajar agama bukan hanya bagi mahasiswa yang duduk di Jurusan Syari’ah atau yang belajar di Universitas Islamiyah. Mahasiswa pertanian, teknik dan kedokteran serta mahasiswa mana pun punya kewajiban yang sama. Ada kadar wajib dari ilmu agama yang mesti setiap mahasiswa pelajari. Karena tidak adanya ilmu agama itulah yang menyebabkan mahasiswa banyak yang salah jalan dan salah langkah. Akhirnya ada yang asal berkoar, namun bagai tong kosong nyaring bunyinya dan ujung-ujungnya tidak mendatangkan maslahat malah mengundang petaka.

     Tentu yang lebih diprioritaskan bagi setiap muslim untuk dipelajari adalah ilmu akidah dan tauhid. Karena kaum muslimin -bahkan banyak dari mereka- yang tidak mengetahui apa saja yang merusak akidah dan tauhidnya.
Perlu adanya pembinaan akidah dan prinsip beragama yang benar. Setelah akidah dan tauhid ini dibenarkan, yang tidak kalah penting adalah mempelajari ibadah yang harus dikerjakan setiap harinya seperti wudhu, shalat dan puasa. Begitu pula ditambah dengan cara bermuamalah dan berakhlak terhadap sesama tidak kalah penting untuk dikaji dan dipelajari.

        Mahasiswa adalah suatu populasi manusia penghimpun kebaikan yang didirkan dalam rangka iqamatuddien (menegakkan Islam) dengan menyesuaikan kebutuhan realitas dunia mahasiswa.

Maksudnya, dalam hal ini tidak kemudian menjadikan kita sebagai santri-santri yang akan pergi meninggalkan kampus. Namun, adalah bagaimana kita sebagai pemuda islam ini bisa berperan dalam da’wah sesuai dengan keahlian dan profesi masing-masing sebagai mahasiswa.

     Sungguh tiada tercela bahwa peran kita itu mulia kawan, kita berdiri dalam rangka mewujudkan insan akademis yang menjalankan syari’at Islam sehingga nantinya tercipta generasi Islam yang memahami, mencintai dan memperjuangkan Islam. Dengan catatan, dengan keahlian dan profesinya masing-masing.


     Banyak hal yang dapat dilakukan untuk menjadi pemuda islam generasi harapan termasuk diantaranya adalah, Menanamkan ajaran Islam kepada diri kita pribadi dengan tholabil 'ilmi dan menularkannya kepada mahasiswa lain warisi ilmu islam secara murni dan kaffah. Selain itu, kita dapat membentuk pola pikir Islam dengan aktual dan faktual berdasarkan tingkat kepahaman masing-masing dengan melakukan banyak sharing agama. Menghimpun potensi ilmu dan keahlian yang kita milikki untuk menegakkan Islam. Membina dan menggerakkan teman-teman mahasiswa guna terwujudnya tujuan yang kita inginkan. Kemudian, sama-sama kita mewujudkan sarana-sarana aktualisasi diri bagi mahasiswa yang sejalan dengan aturan Islam.

      Kita harus pintar memandang bahwa komunitas mahasiswa yang telah hadir saat ini belum membawa visi yang utuh dalam menegakkan Islam. Jika pun ada, kekuatannya masih sangat terbatas. Mengapa demikian..?

Dalam sisi ini seharusnya kita mengamati bahwa pergerakan mahasiswa yang telah hadir hari ini:

1. Belum sepenuhnya tegak di atas manhaj salaf ash shalih. Sebagian komunitas mahasiswa yang hari ini aktif tegak di atas manhaj-manhaj baru yang tidak dikenal di masa-masa generasi salaf; baik para sahabat, tabi’in, dan tabi’ut tabi’in, dan kita wajib hadir dengan menawarkan manhaj salaf yang utuh dan murni, insya Allah dengan cara-cara yang diridhai Allah berdasarkan tujuan awal.

2. Keterlibatan berbagai komunitas mahasiswa ke dalam ranah politik praktis dengan terfokus pada da'wah struktural yang hari ini bergerak di atas ideologi demokrasi yang jauh, bahkan bertentangan dengan nilai-nilai Islam, membuat da'wah kultural semakin lama semakin ditinggalkan. Sayyid Quthb rahiimahuLlah berkata, “Harakah Islam harus dimulai dari pondasinya, yaitu: menghidupkan hakikat aqidah Islam di dalam hati dan akal, serta men-tarbiyah orang yang menerima da’wah ini dengan tarbiyah Islamiyah yang benar. Tidak membuang-buang waktu dalam berbagai aktivitas politik yang tengah berlangsung. Tidak melakukan upaya untuk memaksakan sistem Islam dengan cara menguasai pemerintahan sebelum terbentuk pondasi Islam di tengah-tengah masyarakat—dimana merekalah nanti yang akan menuntut sistem Islam itu sendiri, jika mereka telah mengerti hakikatnya dan ingin diperintah berdasarkan sistem tersebut.” (Kutipan dari kitab Limaadza A’damuni; Mengapa Aku Dihukum Mati). 

3. Kelirunya sebagian gerakan dengan memaksakan mahasiswa untuk meninggalkan kampus dan menjadikan mereka santri yang menekuni kitab-kitab ilmu diin namun melupakan sisi yang lain, terutama keahlian dan profesionalitas dalam membangun peradaban Islam. Padahal, Islam mencakup seluruh aspek kehidupan yang tidak mungkin tidak, dalam proses penegakannya pun memerlukan tenaga-tenaga dari berbagai macam bidang kehidupan. 

4. Sebagian gerakan justru terlalu tergesa-gesa dan pada akhirnya lebih memilih memindahkan mahasiswa dari medan-medan da’wah kampus menuju medan-medan qital (perang fisik) yang mereka ciptakan sendiri. Padahal realita yang ada di wilayah Nusantara hari ini secara umum adalah wilayah da’wah dan amar ma’ruf nahyi munkar. 

5. Sedangkan sebagian lagi terfokus untuk menghantam sesama muslim. Sikap yang awalnya hadir dari niat baik berbalik dan menjadi sikap saling menyerang, disebabkan cara atau penyampaiannya yang tidak tepat lagi frontal. Bahkan, di antara mereka ada yang selalu berupaya untuk membongkar borok-borok sesama gerakan Islam yang pada akhirnya justru menjatuhkan mereka ke dalam fitnah saling membid'ahkan dan saling mengkafirkan yang tidak berujung, sedangkan hak muslim terhadap sesama muslim terabaikan.

    Maka dari itu, harus ada sebuah kumpulan kemahasiswaan yang menghimpun kebaikan-kebaikan dari setiap komunitas mahasiswa muslim yang ada dan membawa tradisi keilmuwan para ulama salaf dan juga semangat mereka dalam da’wah, ‘amar ma’ruf nahyi munkar, dan jihad fii sabiilillah. Alasan-alasan inilah yang menjadi sebab khusus bagi kita harus menjadi dan berkumpul, berhimpun dalam satu komunitas yang jelas dalam berideologi dan beragama, memahami tauhid dan menyeluruh kepahaman islamnya dibandingkan komunitas-komunitas kemahasiswaan Islam yang pernah ada sebelumnya.

      Sadari betul bahwa Pemuda Islam yang saya maksud diatas adalah ibarat bayi yang baru dilahirkan dari rahim ibunya, sehingga membutuhkan banyak uluran tangan dan gizi yang baik untuk membuat sang bayi ini tumbuh dan berkembang. Maka, jadilah tangan dan gizi-gizi itu wahai saudaraku. Mari kita bersama bersatu di atas manhajnya para sahabat, tabi’in, dan tabi’ut tabi’in. Kembali kepada pemahaman generasi pertama Islam (salaf ash shalih) dalam tarbiyah, da’wah, dan jihad.


  Jika kita sudah mengetahui prinsip penting dalam beragama, maka setiap mahasiswa pun harus menyadari bahwa mereka tidak boleh asal-asalan dalam bertindak. Tidak cukup bermodalkan semangat, segala tindakan itu butuh ilmu. Kata Imam Bukhari, “Ilmu itu sebelum berkata dan bertindak.” Wallahu waliyyut taufiq. Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna


Semoga apa yang kita torehkan ini menjadi saksi di hadapan Allah kelak yang akan membuka pintu ridha dan maghfirah-Nya. Aamiin…

Hari Gini Pacaran..??. Apa Kata Akhirat??

Pagi-pagi si Nayla berlari menuju kelas untuk berjumpa dengan teman-temannya. Sampai ngos-ngosan sangking gak sabar ingin memberikan kabar” gembira” kepada teman-temannya. “ Pagi sob?” aq senang kali hari ne, kenapa? Tadi malam aku di tembak, “ tapi koq masih hidup? Hmm maksud aku,tadi malam hati aku ditembak dengan kata-kata cinta. .” Ya ya? Memang kamu ditembak sama siapa? “Sama Sule”, apaaaaa????? Eitz bukan sule yang artis ituloh, tapi yang jelas aku bangga sekarang jadi pacar dia. ^_^. Sekarang statusa ku gak jomblo lagi, senangnya.

Gubraaaaakkk ngelakuin maksiat senang!! 

Koq maksiat sich?

Ya jelaslah maksiat, karena bukan perbuatan yang Allah rekomendasikan untuk dilakukan. Walaupun cinta itu datangnya dari Allah dan fitrah juga bagi manusia  tapi kalau tidak sesuai jalur nya maka akan jadi fitnah loh. Dan  biasanya kalau dua  orang yang saling  jatuh cinta mengungkapkan perasaan dan akhirnya jadian alias pacaran maka hatinya selalu deg-degan setengah mati,  seperti genderang mau perang dan sampai nyanyi “ disetiap ada kamu mengapa jantung ku berdetak, berdetak lebih kencang seperti genderang mau perang (gombal yang sesuai kenyataan ini). Tapi kenapa bisa deg-degan ya? Ya iya lah karena adanya daya tarik menarik hati. 

Trus Pacaran boleh gak sich?

Kalau ditanya Pacaran boleh apa tidak? Jawabannya BOLEH koq (akhirnya ada “dalil”juga ne untuk pacaran ). Eitz nanti dulu, jawabannya belum selesai, pacaran boleh tapi setelah kamu menikah. karena dengan menikahlah apa yang haram menjadi halal. Zaman sekarang pacaran bukan satu hal yang tabu lagi bagi masyarakat, seolah-olah pacaran di zaman sekarang adalah hal yang lumrah dan biasa, malahan sebagian orang tua kalau anaknya gak pacaran risau dan nanya ke anaknya “Pacar kamu mana”?. (Nauzubillah). Si anak pun jadi riasau karena udah lama ngejomblo padahal seharusnya dia bangga karena dia telah melakukan sesuatu yang direkomendasi oleh Allah yakni “ jangan dekati zina”.Trus hubungan zina apa dengan pacaran??

Mautau atau mau tau banget?

Gine shob..

Kata Rasulullah zina besar itu berawal dari zina kecil loh, Contohnya ne, zina tangan dengan memegang, zina kaki melangkah ketempat maksiat, trus zina mata memandang dan zina hati adalah mencintai seseorang yang belum sah. Sekarang pertanyaannya?? 

ada gak sich orang yang pacaran yang gak pegangan tangan hari ne?
ada gak sich orang yang pacaran gak pergi berduaan ketempat yang sepi hari ne?
ada gak sich orang yang pacaran gak saling memandang hari ini?
 ada gak sich orang yang pacaran yang gak pernah nyebut dan kepikiran namakekasihnya?

Jawabannya pasti KAGAK ada, walaupun ada, ya cuma gaya pacaran orang yang sudah sedikit tau ilmu, gaya pacarannya cuma smsan dan telfonan trus pas ketemu dijalan senyum-senyum. Tapi efek sampingnya sama aja. Ya kan? Jadi semua yang Rasulullah sampaikan benar adanya makanya kita dilarang melakukan hubungan terlarang oleh Allah yakni PACARAN. Lagian di alqur’an Allah gx bilang “ JANGAN BERZINA” tapi Allah bilang  “JANGAN DEKATI ZINA”. Mendekati zina aja udah gak boleh seperti pegangan tangan, boncengan berduaan, ke bioskop berdua dan kalau ramadhan kemesjid berdua. ( mau ibadah koq diawali maksiat), sms sayang-sayang, telfonan pakai cinta-cinta.Waduh sama orang yang baru kenal aja udah berani ngumber perasaan. Siapa sich dia?

Trus Kalau udah terlanjur Pacaran Gemana?

Kalau udah terlanjur ya sudah “Putusin Aja!!”, insya Allah ketika engkau meninggalkan sesuatu karena Allah maka  akan ganti sesuatu yang jauh lebih baik sama Allah. Apalagi meninggalkan sesuatu yang haram (red : Pacaran) karena Allah, yakin dech akan diganti dengan yang jauh lebih baik. Shob Pacaran itu enaknya cuma sebentar, gak enaknya yang lama karena lama-lama hati mu akan tersiksa karena menjalani hubungan terlarang oleh Allah dan akan lebih gak enak kalau udah diakhirat kelak. Shob Memang tidak semua pacaran berakhir dengan zina tapi sudah tentu bisa dipastikan semua zina terjadi karena pacaran. 

Jadi mulai sekarang kamu harus bangga untuk menjadi jomblo sejati sampai pengeran hati menjemput mu menuju singgasana abadi yang  akan membekas dihati. Karena cinta telah di ridhoi oleh sang pemilik hati yakni Allah pemilik cinta sejati^_^.

BY : kHAIRATUN HISAN

Pemberdayaan Masyarakat, Aku Belajar dan Aku Sabar | Suka Duka

Pemberdayaan masyarakat yang pernah saya terjun di dalamnya adalah mengajar anak-anak TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an) yang berada di wilayah sekitar kampus UNS, mengajar Taman Pendidikan Al Qur’an (TPA), dimana peserta didik adalah anak-anak usia dini yang sebenarnya tidaklah sulit, justru banyak tantangan di dalamnya. Namun, juga tidak semudah yang dibayangkan ketika harus mondar-mandir membujuk santri yang hiperaktif di dunia fantasi mereka. Terkadang ada orang yang kehabisan ide saat ingin mengajar, atau terkesan monoton, sehingga anak-anak menjadi bosan, bahkan ada yang kabur dan menjadi tidak nurut.
Mengajar TPA. Diantara kita semua pasti ada yang sudah pernah berpengalaman mengajar TPA, kecuali yang belum pernah mengajar tentu saja..hehee. Pengalaman menjadi seorang pengajar, ada suka, ada duka, ada-ada saja pokoknya hal–hal yang menjadi momen berharga dan tak terlupakan ketika kita berkecimpung di sana.
Sebagai Ustadz muda, hehe, saya dituntut untuk bisa memahami dan mendidik santri ‘dadakan’ (mengajar di sela-sela kesibukkan kuliah) ini dengan berbagai sifat dan kemampuan anak tersebut. Ada santri yang cerdas, mudah di arahkan, hiper aktif, pasif, agresif. Hal itu membuat ku terkadang menjadi stres dan tak terkendali.
Serumit inikah menjadi tenaga pengajar? Jawabnya tentu saja iya. Saat menghadapi anak yang cerdas, penurut dan mudah mencerna apa yang disampaikan, hal itu akan menjadi kebanggaan tersendiri dan tentu pula saya tidak perlu repot-repot mengulang apa yang di sampaikan. Namun, saat sangat merepotkan dan terkadang makan hati. tapi, itulah suka dukanya mengajar anak-anak TPA.
Saya mulai menikmatinya dan banyak belajar dari mereka. bahwa, kehidupan anak-anak itu adalah bermain. Kehendak mereka tidak bisa dipaksakan. Karena mereka belum bisa memahami apa yang dialami dan diingini oleh orang dewasa. Oleh sebab itu, saya mencoba memasuki dunia mereka untuk bisa bersatu dengan mereka serta bisa memahami apa yang mereka inginkan sehingga apa yang akan dan telah kita sampaikan, bisa dicernanya dengan baik dan mudah.
Saya memiliki santri yang bisa dibilang dia tidak memiliki tanggung jawab terhadap kewajibannya sebagai murid di sekolahnya. Misalnya, saat diminta untuk menulis pekerjaan rumahnya maka ia menawarnya. (tolong kerjakan hal 1 dari no 1 sampai no 5. Lalu ia menawarnya dengan berkata “nulisnya sampai 3 aja ya,  mas Ustadz?”). Fyuuuh... dasar anak-anak, memangnya dia pikir Ustadnya ini pedagang apa di tawar-tawar? Hihi.
Lalu terkadang saya memakluminya, tapi saya juga lebih sering memberikan pengertian kepadanya bahwa tugas itu adalah kewajibannya yang tidak boleh diabaikan atau ditawar-tawar. Tugas itu, nantinya akan membantu menambah nilai kalian dan akan membuat kalian makin pintar. Selain itu, paling mudah mengiming-iminginya dengan ganjaran pahala, dan kalau dia berhasil mengerjakan tugasnya itu gelar anak sholeh akan tersemat padanya, “jangan lupa ya dik, Anak rajin disayang Allaah.. (sambil senyum simpul merekah)”.
Ada lagi ini kisahnya si Alan, santri kesayangan Ustadz/ustadzahnya karena kepolosannya, kepolosannya bukan main karena ada unsur takwa didalamnya. Sekali diberi nasihat baik, langsung dilaksanakannya. Tapi, yang subhanallah-nya lagi, dia paling takut sama yang namanya neraka. Pernah suatu ketika si Alan bertengkar dengan santri lain yang merupakan biangnya membuat keonaran sebut saja Dimas, itu sedang pelajaran membuat keterampilan tangan dengan lilin, singkat cerita mereka berdua berjibaku dan saling merebut lilin yang sudah mulai habis untuk dibuat melengkapi hasil karya mereka yang 80% jadi itu. Akibat ketidakwaspadaan kami, Dimas memukul dengan keras bahu Alan yang mengakibatkan ia menangisi apa yang dilakukan sahabatnya itu. Padahal tidak sengaja ia melontarkan pukulan itu sebab tidak sabaran, terjadilah begitu saja. Saya berusaha membuat Alan diam dari tangisnya yang menyeruak dan menggemakan seisi ruang masjid yang tak begitu besar itu. Saya membisikinya ia dengan lembut, “Alan, kamu tahu apa itu neraka dan apa itu surga?’’, dengan mengisak keras iya menjawab. “Tau Ustadz”, lalu saya menyambar lagi dengan menanyakannya, “Kamu tahu kan penghuni-penghuninya?’’, dia menjawab lagi, tidak tahu Ustadz. “InsyaAllah Alan adalah penghuni surga, tapi Alan juga bisa jadi penghuni neraka di waktu yang sama.”, mendengar kalimat terakhir itu, Alan justru makin terisak merdu dan keras tangisannya.
Tanpa mengambil jeda waktu lebih lama, kulanjutkan berkata, “Alan anak yang baik, mampu bersabar, dan tidak menangis lagi setelah dizalimi sahabatnya dengan tidak disengaja, tapi Alan akan dimarahi Allah kalau Alan menjadi pendendam, yaitu Alan membalas perbuatan Dimas tadi dengan keburukan bahkan lebih kejam, pasti Allah juga lebih marah sama Alan, Jadi, mau kan berbaikkan dengan Dimas, meskipun Alan tidak salah..”, tangisannya pun agak mereda seiring perkataanku dicerna olehnya. Begitulah Alan, dia memang berbeda, hatinya mampu menerima hidayah lebih mudah daripada santri yang lainnya. Keesokkan harinya saya katakan padanya, “Alan, besok hari senin lho yuk kita puasa sama-sama, puasa senin kamis bisa bikin mama Alan awet muda lho, bebas penyakit, sekaligus bisa bikin mama dan Alan masuk surga sama-sama, kamu mau kan?”, dengan mata berbinar ia menjawab, “Mau Ustad!”, seketika itu ia pulang dan terdengar olehku teriakkan khasnya berkata, “Assalamu’alaykum, Alan pulang.. mama besok mama harus puas senin kamis ya, supaya awet muda dan Alan bisa masuk surga!”, kemudian saya tersenyum sambil berpikir, siapa yang tidak tergugah hatinya mendengar jawaban anak kelas 5 SD yang berkata seperti itu dengan polosnya. Masya Allah.. 

 Dimas, tokoh lain dalam cerita ini adalah anak tetangga non muslim yang juga ikut dalam kegiatan belajar mengajar di TPA kami, dia sudah bisa mengaji dan sebenarnya berkali-kali kami ajari untuk bersyahadat. Akan tetapi ayahnya yang merupakan seorang krsiten protestan menikahi ibunya yang merupakan seorang muslim, semoga saja hidayah Allah bersamanya ketika besar nanti dan ia menjadi Agen Muslim yang taat, bermanfaat bagi Diin yang mulia ini. Selain itu, memang sebagian besar masyarakat yang tinggal di sekitaran masjid tempat kami mengajar adalah 75% non muslim, padahal dulunya adalah kampung dengan penduduk muslim, karena sudah menjadi target kristenisasi tanpa pengawasan kami di tahun-tahun sebelumnya, semoga ini menjadi semangat kami agar terus mengabdi kepada masyarakat, kepada agama ini melalui mereka, dan semoga Allah melindungi anak-anak ajaib ini. Aamiin

Performa Dakwah dan Akhlak Cemerlang di Bumi Jiran

Single

Allah subhsayahu wa ta’ala berfirman (artinya): “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam suri tauladan yang baik bagi kalian (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari akhir dan dia banyak menyebut Allah.” (TQS Al Ahzab: 21)

Akhlak, adalah tingkah laku spontan bagi seseorang. Spontanitas akhlak itu tak dianugerahkan pada sembarang orang, contohnya aja kalau kamu sabar. Kesabaran dan tenang karakternya seseorang itu tidak bisa dibuat-buat, tidak bisa direkayasa, ia adalah karakter asli yang dianugerahkan Allah untuknya. Nah, Akhlak yang benar itu kamu membiasakan kebenaran dalam setiap desahan nafas, dan bukannya membenarkan kebiasan dalam setiap aktivitas. Karena setiap orang telah dibekali sarsaya untuk mencari ilmu kebenaran dan mempunyai kehendak pribadi yang bebas dan merdeka.

Bagi saya performa dakwah itu penting, itu cerminan seluruh anggota tubuh, msayakala seluruh tubuhmu dibalut dengan penampilan yang sesuai sunnah nabi (dibaca : ‘nyunnah’), dengan berpakaian rapi tanpa cela, kamu funky tapi tetap syar’i, sederhsaya tak dibuat-buat, menundukan pandangan saat berjalan, dan meskipun jenggotmu tebal dan kurang karuan, tetap berusaha berikan salaman selamatan, serta senyuman anugerah pada setiap manusia yang kamu temui di jalan terutama sesama ikhwan.  saat kamu sudah ridho dengan penampilanmu itu karena Alloh dan Rasul-Nya percaya dan yakinlah wajahmu akan berpendar menampakkan keindahan Performa dakwah seperti ini menjadi dambaan setiap orang karena merupakan akhlak yang cemerlang. 

Penampilan seseorang dalam beragama hendaknya diukur sejauh msaya dirinya menerapkan amal shalih yang didasari keikhlasan dan mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Pada mulanya saya merasa ‘nervous’  menjalin ikatan suci yang disebut ukhuwah itu pada ikhwah di negeri seberang. Kita akan menjalin persaudaraan diatas segala anggapan perbedaan yang pada hakikatnya kita adalah serumpun. 

 Ya, karena izin Alloh di tahun ke-tiga masa studi, saya berkesempatan untuk belajar di salah satu perguruan tinggi ternama di Malaysia, ya, Malaysia dengan sejuta cerita didalamnya. Berangkat dari performa dakwah yang saya miliki dakwah ini berusaha menemukan jalannya sendiri, terjalinnya ukhuwah antara kamu dan kami di bumi para Nabi bumi Jiran.

Setiap centimeter yang saya tapaki, hati ini merasa didakwahi oleh lingkungan yang islami, muslimin dan muslimat (ikhwan akhwat)  di negeri ini kompak dalam menciptakan suassaya islami, cerminan pemuda ramah dan tak cepat marah, saya senyum dia senyum, saya tambah senyum dia makin sumringah, tapi ini berlaku antara sesama ikhwan dan akhwat. So, setiap orang punya medan dakwah tersendiri, saya disini merasa didakwahi dan juga berdakwah msayakala ada kesempatan.

Kalau bertemu dengan pelajar Malaysia sudah biasa, setiap berpapasan otomatis saling lempar senyuman sebab wajah kita yang tidak jauh berbeda mudah di indera. Akhwat-akhwatpun sama, murah senyum dengan sesamanya, tapi ketus dengan mahromnya, begitulah bagusnya ilmu dan kuatnya iman yang mereka punya selalu teraplikasi pada tutur kata, perilaku, serta bahasa terindikasi adanya kepahaman agama. Tapi kali ini bertemu dengan pelajar dari Afrika. 

Salut dengan ikhwan-ikhwan Afrika, meskipun terlihat garang saat berjalan, Ketika berpapasan, "Assalamu'alaykum' jawab "Wa'alaykumsalam", spontan saja, senyum renyah terlontar, gigi putih bersinar, pertanda lembutnya hati terasa, seiring genggaman tangan di atas salam.

Inilah performa yang dimiliki bumi jiran, dakwah saya tidak ada apa-apanya selain performa dakwah yang terpancar dari kumulatif mereka, sebagai sebab akhlak cemerlang muncul dari sendi-sendi perilaku aktivitas sehari-hari. Iklim sosial seperti ini menjadi kenyamsayan sendiri bagi hati dalam menjalani hari-hari. Hanya secuil kisah yang saya milki tak sebanding dengan segudang pengalaman yang mendidik diri, berharap esok hari lebih baik dari hari ini.



Selasa, 10 Desember 2013

Muda Berkarisma, Tua Shahih Beragama (part 1)


Sering aku memikirkan nikmatnya menyeruput kopi di pagi hari, meja makan tertata rapi karena bibi setiap hari menyiapkan sarapan pagi. “Bi, jus mangga buat Rama mana..?’’, iya ini sedang bibi bawa bu.. “Biii, aku ga mau selai kacang, bawain selai coklat.. pokoknya.. titik.!” Celotehan adik manja mengiang-ngiang sertai aktivitas pagi kala itu.Ayah datang dengan kebijaksanaannya, “Bi, biar dia ambil sendiri, biar nggak manja nantinya, ini suruhan ayah..”, sambil datang mengancingkan pergelangan baju melototi anaknya yang paling manja. Si sulung yang telat bangun pagi ini berlari-lari seketika menyikat segala makanan yang ada di meja sekenanya saja, sambil berlari memakai sepatu dan menguyah remahan roti, sambil berpamitan, “Ayah Ibu dek, kakak berangkat dulu ya.. kakak belum ngerjain PR nih, semalam ga sempet buat.. “, mengernyit jidatnya sambil menyesali perbuatannya semalam begadang main game dan dilanjut menonton Club bola favoritnya berlaga malam tadi, bahkan lupa tadi pagi sempat sholat shubuh atau tidak. Sudahlah..








Di sudut kota lain tak senikmat sarapan pagi itu, setiap pagi dalam keluarga itu hanya punya lauk seadanya. Lauk untuk dimakan karena sisa makan malam yang masih lezat setelah dipanaskan, cukup untuk berempat.Abang pertama dan adik laki-lakinya berjalan menyusuri ruang kosong perumahan, yah, jalanan yang sepi setiap pagi di kala fajar sebelum menyingsing. Selepas sholat shubuh berjamaah di masjid dekat rumah, “Bang, pagi ini mau ngaji surah apa? Aku sudah hafal surah al-Insyiroh nih.. nanti belikkan es krim“, bertanya sambil menagih janji abangnya. “Kamu sudah hafal? Bagus.. itu baru adik abang, tapi nanti abang selesaikan hafalan abang dulu ya, baru setelah itu abng dengarkan hafalan kamu.. OK?!” sambil merangkul adiknya itu yang terpaut 5 tahun.Di sudut kota lain tak senikmat kisah itu, pagi pagi ayah bunda dalam keluarga itu hanya punya lauk seadanya. Lauk untuk dimakan karena sisa makan malam yang masih lezat setelah dipanaskan, cukup untuk berempat. 








Assalamu’alaykuum… !, sahut dua jagoan itu pada seisi rumah, menyemangati orang rumah yang masih bermalas-malsan di pagi buta kala itu.Bau masakkan ummi menusuk hidung mereka, sedang memanaskan lauk untuk sarapan nanti. Tanpa mau tergoda iman dan perut mereka, bergegas pergi ke kamar abang, muraja’ah Al-Qur’an.Tidak senikmat menyeruput kopi di pagi hari, hanya teh dan susu saja tersedia. Meja makan tertata seadanya karena tak ada pembantu yang setiap hari menyiapkan sarapan pagi. Pagi itu tenang, tak ada keributan anak manja yang minta ini itu, segalanya dipersiapkan sendiri. Nasi ambil sendiri, lauk pun tinggal ambil yang tersedia seadanya. “Jangan lupa baca bismillah..!”, sambil menjitak adiknya yang polos karena lupa membaca doa. Ummi dan Abi yang duduk di sebelah tersenyum saja melihat tingkah laku mereka.Di ruang kamar abang, tersayup-sayup lantunan ayat suci Al-Qur’an, adiknya bergantian membacakan ayat Qur’an dengan nada seadanya, dan terbata-bata, tapi cukup baik untuk anak seumurannya. Suara itu mengalun mengiringi kesudahan tebing malam menutupi, digantikan cahaya pagi yang sinarnya datang melalui kaca jendela.”Bang, sudah pukul 6, padahal bacaanku masih banyak yang salah.. hhuuh besok ajari lagi ya .. sekarang, aku harus siap-siap berangkat, hari ini bu guru periksa kuku dan kerapihan seragam sekolah, aku harus bersiap lebih awal.. semalam aku sudah kerjakan PR, makasih sudah mau bantu aku semalam..”, bangun dari duduknya dari hadapan abangnya. “iya, sudah pukul 6, nggak kerasa ya, abang juga mau periksa tugas semalam, dan sedikit melanjutkan bacaan abang tadi yang masih tanggung, jangan lupa kalau ada waktu luang, kamu sempatkan baca sendiri ya di mushola sekolah, minta ajari bu guru, sana siap-siap gih, ingat.. jangan tegesa-gesa!”


Di didik sejak kecil, dalam keluarga paham agama, adalah mukjizat dari alam semesta bagai titik noktah putih terhadap kegelapan kehidupan.




Di sekolah,….