Rabu, 11 Desember 2013

Performa Dakwah dan Akhlak Cemerlang di Bumi Jiran

Single

Allah subhsayahu wa ta’ala berfirman (artinya): “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam suri tauladan yang baik bagi kalian (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari akhir dan dia banyak menyebut Allah.” (TQS Al Ahzab: 21)

Akhlak, adalah tingkah laku spontan bagi seseorang. Spontanitas akhlak itu tak dianugerahkan pada sembarang orang, contohnya aja kalau kamu sabar. Kesabaran dan tenang karakternya seseorang itu tidak bisa dibuat-buat, tidak bisa direkayasa, ia adalah karakter asli yang dianugerahkan Allah untuknya. Nah, Akhlak yang benar itu kamu membiasakan kebenaran dalam setiap desahan nafas, dan bukannya membenarkan kebiasan dalam setiap aktivitas. Karena setiap orang telah dibekali sarsaya untuk mencari ilmu kebenaran dan mempunyai kehendak pribadi yang bebas dan merdeka.

Bagi saya performa dakwah itu penting, itu cerminan seluruh anggota tubuh, msayakala seluruh tubuhmu dibalut dengan penampilan yang sesuai sunnah nabi (dibaca : ‘nyunnah’), dengan berpakaian rapi tanpa cela, kamu funky tapi tetap syar’i, sederhsaya tak dibuat-buat, menundukan pandangan saat berjalan, dan meskipun jenggotmu tebal dan kurang karuan, tetap berusaha berikan salaman selamatan, serta senyuman anugerah pada setiap manusia yang kamu temui di jalan terutama sesama ikhwan.  saat kamu sudah ridho dengan penampilanmu itu karena Alloh dan Rasul-Nya percaya dan yakinlah wajahmu akan berpendar menampakkan keindahan Performa dakwah seperti ini menjadi dambaan setiap orang karena merupakan akhlak yang cemerlang. 

Penampilan seseorang dalam beragama hendaknya diukur sejauh msaya dirinya menerapkan amal shalih yang didasari keikhlasan dan mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Pada mulanya saya merasa ‘nervous’  menjalin ikatan suci yang disebut ukhuwah itu pada ikhwah di negeri seberang. Kita akan menjalin persaudaraan diatas segala anggapan perbedaan yang pada hakikatnya kita adalah serumpun. 

 Ya, karena izin Alloh di tahun ke-tiga masa studi, saya berkesempatan untuk belajar di salah satu perguruan tinggi ternama di Malaysia, ya, Malaysia dengan sejuta cerita didalamnya. Berangkat dari performa dakwah yang saya miliki dakwah ini berusaha menemukan jalannya sendiri, terjalinnya ukhuwah antara kamu dan kami di bumi para Nabi bumi Jiran.

Setiap centimeter yang saya tapaki, hati ini merasa didakwahi oleh lingkungan yang islami, muslimin dan muslimat (ikhwan akhwat)  di negeri ini kompak dalam menciptakan suassaya islami, cerminan pemuda ramah dan tak cepat marah, saya senyum dia senyum, saya tambah senyum dia makin sumringah, tapi ini berlaku antara sesama ikhwan dan akhwat. So, setiap orang punya medan dakwah tersendiri, saya disini merasa didakwahi dan juga berdakwah msayakala ada kesempatan.

Kalau bertemu dengan pelajar Malaysia sudah biasa, setiap berpapasan otomatis saling lempar senyuman sebab wajah kita yang tidak jauh berbeda mudah di indera. Akhwat-akhwatpun sama, murah senyum dengan sesamanya, tapi ketus dengan mahromnya, begitulah bagusnya ilmu dan kuatnya iman yang mereka punya selalu teraplikasi pada tutur kata, perilaku, serta bahasa terindikasi adanya kepahaman agama. Tapi kali ini bertemu dengan pelajar dari Afrika. 

Salut dengan ikhwan-ikhwan Afrika, meskipun terlihat garang saat berjalan, Ketika berpapasan, "Assalamu'alaykum' jawab "Wa'alaykumsalam", spontan saja, senyum renyah terlontar, gigi putih bersinar, pertanda lembutnya hati terasa, seiring genggaman tangan di atas salam.

Inilah performa yang dimiliki bumi jiran, dakwah saya tidak ada apa-apanya selain performa dakwah yang terpancar dari kumulatif mereka, sebagai sebab akhlak cemerlang muncul dari sendi-sendi perilaku aktivitas sehari-hari. Iklim sosial seperti ini menjadi kenyamsayan sendiri bagi hati dalam menjalani hari-hari. Hanya secuil kisah yang saya milki tak sebanding dengan segudang pengalaman yang mendidik diri, berharap esok hari lebih baik dari hari ini.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar